Posts

Showing posts from April, 2005
Image
Give me him and I'll be yours. 
Alergi Update: Baru kembali dari Camp Pemuda Gereja. Sebenarnya sangat tidak ingin ikut, dan mengomel terus karena merasa rugi. Benar" tidak ingin ikut. Kemudian ikut dengan terpaksa, dan pada hari terakhir Camp menjilat ludah sendiri. Yup, gue MENIKMATI camp itu. Thanks to everyone. Now, down to business. Buat yg ngga tau, gue ini alergi. Ngga jelas alergi apa, tapi tebakan gue sih debu dan/atau cuaca dingin yg tiba". Tapi sepertinya ini alergi yg ngga tau diri (berasumsi bahwa ada alergi yg tau diri). Dia muncul kapan saja dan dimana saja dia mau. Menyebalkan. Namanya "kaligata", buat yg tau. Dia muncul sebagai bentol kecil yg sangat gatal. Dan bila digaruk menyebar menjadi bentol besar yg tidak lagi bundar bentuknya, tapi sudah saingan sama atlas dunia. Dan yg ini 3 dimensi, bisa disentuh! Sementara menulis ini, ada satu pulau besar di bagian dalam pergelangan tangan kiri gue, dan gue merinding setiap kali melihat ke arah situ. Menjijikan. Untungnya, bentol&quo
Say Cheese! Ada sesuatu yg aneh antara gue dan senyum. Gue sangat sangat suka bikin orang laen senyum atau ketawa, tapi gue sendiri agak males senyum. Ngga murah senyum, sampai" kesannya gue tuh angkuh. Sumpe deh, gue ngga sombong koq. Cuma males senyum aja. Dan kalau senyum, males"an. Hehehe... Buat yg udah jadi korban" senyum addiction gue, maap ya. Tapi gue bener" suka liat kalian senyum. Senyum kalian itu indah. Makanya gue terus menerus minta kalian senyum, minta kalian ketawa. Gue bukan muluk" atau gombal" dengan bilang kalo gue suka liat kalian senyum, karena itu tulus. Gue cinta senyum kalian. Senyum kalian itu bikin hati gue lebih ringan. Makanya gue selalu nyoba bikin kalian senyum. Your smiles literally save my life, every single day. Jadi, please, keep smiling, if not for me, then for everyone else.
Closer To Home Gunung" berapi mulai aktif lagi di Indonesia. Gempa" di berbagai propinsi, sampai Bandung, yg sangat dekat dengan Jakarta, sangat dekat dengan keluarga dan banyak orang yg disayang. Bencana" ini mulai lebih terasa, mulai dekat ke rumah. Mungkin karena sudah terbiasa melihat mereka yg terkena bencana entah di ujung dunia mana di layar televisi dan bersimpati. Cukup bersimpati. "Kesian ya...". Kemudian, terjadi pada orang" yg terdekat, orang" yg kamu kenal, kamu pernah dengar suaranya, pernah bercakap-cakap dengan kamu, orang yg kamu sayang, and then it hits you, and it hits you hard . Semua ini bisa terjadi ke kamu dan orang" yg kamu kenal. Sekarang kamu yg ada di televisi, dan orang" lain yg memandangmu dan bersimpati. Cukup bersimpati. Dan sekarang kamu yg menangis, mengundang iba, dan rumahmu yg hancur, ibu"mu menangis karena kehilangan anak"nya, anak"mu menangis karena tidak lagi punya orangtua, dan kota
Kiamat Dunia sudah mau kiamat. Berapa ribu kali saya dengar itu diucapkan berapa ribu orang? Heh. Kalo menurut saya, dunia sudah kiamat. Kenapa? Dunia sudah kiamat sejak entah berapa lama yg lalu. Saat penemu-penemu dan ahli-ahli kimia mulai mendapat ide-ide "cemerlang" dan bahan-bahan kimia baru yg "mencengangkan" dan pastinya akan "berguna" bagi kehidupan seluruh umat manusia. Saat negara-negara bodoh mengetes rudal-rudal nuklir milyaran dolar di lahan "kosong" sementara mayoritas rakyatnya masih bertanya-tanya besok bisa makan atau tidak. Ketika pemimpin berubah nama jadi diktator, ayah memandang putri dengan birahi, kehormatan direnggut kenikmatan sesaat, kejahatan menjadi tontonan, dan diputar jam 12 siang saat anda melahap makanan. Kiamat sudah. Kita ini generasi Coca-Cola, Playstation 2, World Wide Web, pornografi gratis, seks bebas, cyber sex, virus-virus kimia buatan laboratorium, cloning, terorisme, night club, night life... generasi go
Give it a title kebiasaan saya dulu mendengarkan kamu melihat tingkah lakumu dan marah kesal berkomentar benarkan itu saya tidak suka ganti gayamu tidak pantas selalu begitu saya berkomentar mengomentari kamu saya mundur sebentar menatap saya saya punya kebiasaan baru mendengarkan kamu melihat tingkah lakumu dan marah kesal tapi diam biarkan kamu kamu bukan urusanku begitu juga hasil kelakuanmu sekarang saya diam dan hanya menatap kamu menatap hingga bola mata saya berdebu tertutup debu bosan bosan menatap tingkahmu kebiasaan saya bertambah satu setelah mata saya berdebu saya melihat kamu jatuh terguling karena kebodohanmu dan saya tetap diam tapi di dalam saya terbahak di dalam tertawa hingga keluar air mata air mata tertawakan kamu kamu dan kebodohanmu ternyata lebih enak menertawakan kamu daripada memarahi kamu mengomentari kamu walau mata saya kini berdebu debu bosan menatap kamu mungkin nanti kebiasaan saya bertambah lagi berhenti menatap kamu