Kiamat

Dunia sudah mau kiamat. Berapa ribu kali saya dengar itu diucapkan berapa ribu orang? Heh. Kalo menurut saya, dunia sudah kiamat. Kenapa?

Dunia sudah kiamat sejak entah berapa lama yg lalu. Saat penemu-penemu dan ahli-ahli kimia mulai mendapat ide-ide "cemerlang" dan bahan-bahan kimia baru yg "mencengangkan" dan pastinya akan "berguna" bagi kehidupan seluruh umat manusia. Saat negara-negara bodoh mengetes rudal-rudal nuklir milyaran dolar di lahan "kosong" sementara mayoritas rakyatnya masih bertanya-tanya besok bisa makan atau tidak. Ketika pemimpin berubah nama jadi diktator, ayah memandang putri dengan birahi, kehormatan direnggut kenikmatan sesaat, kejahatan menjadi tontonan, dan diputar jam 12 siang saat anda melahap makanan. Kiamat sudah.

Kita ini generasi Coca-Cola, Playstation 2, World Wide Web, pornografi gratis, seks bebas, cyber sex, virus-virus kimia buatan laboratorium, cloning, terorisme, night club, night life... generasi gothic, punk, rock, underground, emo... Calvin Klein, Britney Spears, Microsoft, Nokia... generasi "cuek is the best", "you know you want me", "life sucks", dan "i want to die young". Tren dan advertensi menyeret kita hidup seperti apa yg mereka bilang, mengikuti gaya mana yg kata mereka keren, cool, funky, gaul, whatever. Kita merasa pe de dan nyaman dalam sepatu Dolce and Gabbana 700 dolar yg nasibnya juga sama dengan sendal jepit biasa. Tas Louis Vuitton satu juta lima ratus ribu rupiah yg hanya memuat dompet, hape ekstra mini dari Ericsson yg tombolnya sebesar beras, dan satu lipstik Revlon yg membuat bibir terlihat lebih penuh dan seksi, dan tidak bisa hilang hanya dengan diusap dengan tissue sehingga tahan lama sehari penuh dan hanya bisa dihilangkan dengan krim putih Revlon yg tidak hanya menghilangkan lipstik itu, tapi juga membersihkan dan menjaga keremajaan kulit, berapapun umur anda, karena anda begitu berharga. Mungkin memang dia cantik, tapi mungkin karena Maybelline?

Saya sudah yakin, generasi kita ini sudah hancur, akan semakin hancur, dan dunia sudah kiamat. Sampai tadi siang.

Saya menengok ke atas, ke arah satu balkon apartemen putih di pinggir sungai (great view, great price) di Perth, dan memandang dua orang anak muda berpakaian putih dan berpeci putih, sedang sholat. Seorang remaja putri berpakaian rapi turun dari bus membawa sebuah Alkitab, baru pulang dari Gereja. Seorang biksu wanita menjadi pelajar di UWA, menghabiskan banyak waktunya di perpustakaan.

Saya berubah pikiran. Mungkin, masih ada harapan. Mungkin, dunia belum kiamat. Mungkin... karena Maybelline?

Comments

Popular posts from this blog

Uncertain

Dreams.

Ujan ayam, cu...