Damai

Wajahnya kusut dan pucat. Dia berjalan terseok, masuk ke rumah kecil yg disewanya bersama tiga orang teman. Di luar hujan deras. T-Shirt putih polos menempel ke badannya yg menggigil kedinginan. Di ruang tamu ada yg sedang makan. Dia berjalan pelan, kepala tertunduk.

"Woi! Gila! Darimana aja lu? Ngapain lu diluar ujan"an? Mandi ye?!"

Dia hanya mengangguk dan melambai. Berjalan terus ke kamar.

"Nyet! Tampang lu idiot abis. Kok lu baru pulang sekarang sih? Lu bilang mo nganterin gue ke rumah Vivi."

Dia mengangkat bahu.

"Motor lu gue bawa yah! Ntar lagi tapi. Masih ujan banget."

Dia terus melangkah ke arah kamarnya seolah tidak mendengar. Masuk ke dalam dan mengunci pintu.

pada suatu hari aku akan pergi dari sini
jauh dari teriakan orang" yg tidak mengerti
aku akan temukan tempat yg baru
dimana tidak ada yg mengenal aku
disana aku akan bebas
menjadi orang yg berbeda dari sekarang
aku akan punya teman" baru
tinggal di lingkungan baru
disana tidak akan ada yg peduli siapa aku dulu
atau siapa ayah ibuku
disana aku bisa tersenyum senang
disana aku akan bahagia
dan nanti
aku akan berdamai dengan dunia


Lalu ia berbaring, tersenyum, menutup mata.

Comments

Popular posts from this blog

Uncertain

Dreams.

Ujan ayam, cu...